Jangan Remehkan Radang Gusi dan Sariawan

•Oktober 15, 2008 • Tinggalkan sebuah Komentar

Jangan Remehkan Radang Gusi dan Sariawan

Tanpa disadari, sebagian orang kadang menganggap “enteng” sariawan dan penyakit rongga mulut lain, seperti bau napas tak sedap hingga gusi berdarah dan gigi ompong.

Padahal, penelitian terakhir menunjukkan adanya kaitan erat antara bertumpuknya bakteri di rongga mulut dengan penyakit berat lain, seperti diabetes, serangan jantung, infeksi darah, hingga soal bayi dengan berat tidak memadai….

Radang gusi diakui menjadi faktor utama kasus gigi tanggal dan kerusakan jaringan penyangga gigi. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) memperkirakan 30 persen warga AS mengidap radang gusi pada tingkat periodontitis, sedangkan satu dari lima orang menderita sariawan atau radang gusi ringan.

Tidak mengherankan jika pada tahun 2005 sebanyak 500 juta warga AS rutin ke dokter gigi. Berarti, diperlukan dana sekitar 84 miliar dollar AS setahun. Itu menurut perkiraan Asosiasi Dental Amerika (ADA). Lebih dari itu, setiap tahun, sebanyak 28.000 warga AS terkena kanker mulut dan tenggorokan. Sekitar 7.200 di antaranya meninggal dunia.

Masalah itu mengusik Dr Jean Connor, ahli kesehatan gigi dari Cambridge, Massachusettes, yang baru terpilih sebagai Ketua Asosiasi Kesehatan Gigi AS. Menurut dia, radang gusi dicurigai memberi kontribusi cukup signifikan pada “rusaknya” kondisi kesehatan keseluruhan melalui aliran darah.

“Jadi, jika jari Anda infeksi dan Anda diamkan saja, lama-lama (infeksi itu) akan berpengaruh ke seluruh tubuh. Begitu juga dengan mulut,” kata Dr Connor kepada media kesehatan Health Day, Sabtu (14/10). “Penyakit gusi atau rongga mulut memproduksi bakteri yang luar biasa banyak. Jadi, jika ada masalah di katup jantung Anda, bakteri-bakteri itu akan menyerbu dan menyebabkan infeksi jantung,” katanya.

Meningkat

Penelitian terakhir CDC menunjukkan, risiko serangan jantung dan stroke meningkat pada penderita radang gusi dan rongga mulut, dengan tingkat keakutanyang berbeda.Selain itu, kaitan antara penyakit gusi dan diabetes pun semakin nyata. Umumnya penderita diabetes terjangkit radang gusi pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu periodontal. Karena itu, CDC sedang meneliti kemungkinan adanya timbal balik dari kasus ini. Artinya, sedang dicari kemungkinan merawat penderita diabetes dengan lebih mengendalikan radang gusi.

Pendapat itu diperkuat Dr Diann Bomkamp, ahli kesehatan gigi dari St Louis, AS, yang juga Wakil Ketua Asosiasi Kesehatan Gigi AS. Infeksi darah yang disebabkan oleh radang gusi bisa pula menyebabkan kegagalan operasi “penggabungan”. Dalam arti, infeksi darah akan memperkuat upaya tubuh untuk menolak penggabungan implan artifisial.

Ia menekankan, wanita yang bermasalah dengan radang gusi dua kali lebih besar kemungkinannya melahirkan bayi prematur. Khususnya, dari kasus kurang berat badan hingga bayi terinfeksi. “Jika Anda kebetulan sedang hamil dan menderita radang gusi, ada kemungkinan kehamilan dan kelahiran bayi Anda nanti bermasalah,” ujarnya.

Sariawan oleh banyak orang dikenal sebagai luka pada selaput lendir di daerah mulut. Umumnya luka di daerah mulut tidaklah dalam. Jika tidak dibarengi dengan komplikasi karena infeksi oleh kuman yang lebih ganas, sariawan akan sembuh sendiritanpa bekas(Kompas 5 Juni 1994). Infeksi ini biasanya dimulai dengan munculnya gelembung berisi cairan di mulut. Gelembung ini bisa pecah dan membentuk luka yang akan terasa nyeri.

Pada kasus tertentu, sariawan bisa pula dianggap sebagai salah satu indikasi kanker mulut, sejauh tidak pernah sembuh dan tidak pernah hilangdari mulut(Kompas 21 November 2004). Walau begitu, kepastian itu bergantung pada hasil biopsi yang dilakukan para dokter.

Penuh bakteri

Data di Institut Kesehatan Nasional AS menunjukkan, penyakit radang gusi dipicu oleh bertumpuknya bakteri di mulut akibat terabaikannya kesehatan dan kebersihan mulut. Bersama dengan lendir dan partikel lain, bakteri-bakteri ini terus membentuk plak yang lengket dan tidak berwarna di seputar gigi. Jika tidak dibersihkan secara rutin, plak ini lama-lama akan berkembang menjadi “tartar” yang tidak akan hilang hanya dengan gosok gigi.

Semakin lama plak dan “tartar” bersemayam di gigi, bakteri-bakteri itu akan menyebabkan radang gusi ringan yang disebut ginggivitis. Gusi akan berwarna kemerahan, bengkak, dan mudah berdarah, tetapi tidak merusak tulang gigi atau jaringan penyangga gigi. Pada tingkat ini, pengobatan cukup dengan dibersihkan secara teratur dan menyeluruh.

Walau begitu, jika dibiarkan, radang ringan ini bisa berkembang menjadi “periodontitis”. Artinya, radang di sekitar gigi. Pada tahap ini gusi terkelupas dari gigi dan membentuk kantung infeksi. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh harus berjuang keras melawan para bakteri busuk seiring meluas dan tumbuhnya plak di sekitar gusi.

Toksin bakteri dan enzim tubuh akan terus berusaha menghambat infeksi yang sebenarnya sudah mulai menghancurkan tulang dan jaringan penyangga gigi. Jika tidak segera diatasi, tulang gigi, gusi, dan jaringan penyangga gigi akan hancur. Gigi-gigi pun akan segera tanggal atau harus dicabut.

Radang gusi biasanya baru muncul pada usia 30-an hingga 40-an tahun. Umumnya radang gusi pada tingkat periodontitis lebih banyak menyerang kaum pria. Meski remaja jarang terkena radang gusi, banyak pula yang menderita ginggivitis.

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan radang gusi. Antara lain, rokok, perubahan hormon pada wanita, diabetes, stres, kanker, AIDS, faktor genetika, kurang gizi, dan obat. Beberapa obat, seperti antidepresan dan sebagian obat jantung, bisa menyebabkan radang gusi karena mengurangi aliran air liur yang sebenarnya memiliki efek protektif pada gigi dan gusi. Nah!

Air soda dan sikat gigi

Selain faktor cukup berat seperti stres, perubahan hormon, diabetes, dan genetika, radang gusi bisa terjadi oleh sebab ringan, seperti makanan manis, air soda, dan tembakau. Dan tak ada cara lain yang lebih jitu untuk menyelesaikan kasus radang gusi dan sariawan, kecuali menyikat gigi secara benar, rutin, dan menyeluruh….

Karena itu, tidak ada cara lebih baik kecuali mencegah terjadinya sariawan atau radang gusi. Setidaknya itu saran dari Dr Diann Bomkamp, pakar kesehatan gigi dari St Louis, AS. Pencegahan harus segera dilakukan ketika seseorang mendapati gusinya berwarna kemerahan, bengkak, dan terasa sedikit lunak. Hal itu ditambah dengan gigi yang mulai terasa ngilu, bau mulut yang tak sedap, serta gusi mudah berdarah ketika disikat.

Menurut Bomkamp, merawat dan membersihkan gigi secara teratur dan benar harus diimbangi dengan menghindari atau membatasi konsumsi makanan manis dan air soda. “Kami sering melihat orang yang mengonsumsi minuman ringan atau air soda sebagai sarapan pagi, kemudian meminumnya sepanjang hari. Meski ’diet soda’, soda tetap saja mengandung asam yang bisa merusak gigi dan gusi,” kata Bomkamp.

Mengutip data dari CDC, ia menekankan pentingnya setiap orang membatasi jumlah asupan makanan manis. “Mereka juga harus terus ingat bahwa rekomendasi lima hari untuk buah dan sayur yang mengandung serat tinggi juga sangat baik bagi kesehatan mulut dan gigi. Menurut dia, mengonsumsi buah dan sayur berserat tinggi akan memperlancar peredaran air liur. Akibatnya, remineralisasi permukaan gigi akan sangat terbantu sehingga bisa mencegah pengeroposan awal gigi.”

Lebih dari itu, Bomkamp dengan tegas menekankan pentingnya orangtua tidak berbagi minuman dengan anak kecil, terutama jika si orangtua menderita radang gusi. “Bahkan, ketika kita meniup makanan agar cepat dingin di depan si kecil, itu bisa menyalurkan bakteri mulut orangtua kepada anak,” ujarnya.

Hal lain yang harus dihindari, lanjut Bomkamp, adalah tembakau. “Perokok tujuh kali lebih besar kemungkinannya terkena radang gusi ringan hingga periodontitis,” katanya. “Menghindari tembakau adalah jalan terbaik,” ujar Bomkamp.

Selain faktor diet seperti anjuran Bomkamp serta pengobatan melalui medis, beberapa pihak menggarisbawahi pentingnya sistem pengobatan herbal. Dalam catatan Kompas, ada beberapa jenis tanaman dan dedaunan di Indonesia yang umum digunakan untuk mengatasi sariawan atau radang gusi tersebut, misalnya daun sirih (Piper betle), daun saga telik (Abrus precatorius), jambu mede (Anacardium occidentale), mentimun (Cucumis sativus), dan nira aren (Arenga pinnata Mer).

Walau begitu, sikat gigi tetap menjadi unsur terpenting. Dalam arti, menggosok gigi cukup dua kali sehari karena menggosok gigi terlalu sering justru akan merusak email gigi. Disarankan pula menggunakan sikat gigi berbulu halus dan menggosok gigi secara hati-hati, tidak serampangan dan singkat.

Selain itu, gunakan sikat yang sesuai dengan ukuran mulut sehingga memungkinkan pembersihan hingga ke seluruh sudut mulut dan gigi. Selamat mencoba!

Penulis: Rien Kuntari

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Ahmad Kamil Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 08561384480
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

Penyebab Penyakit Kanker

•Oktober 15, 2008 • Tinggalkan sebuah Komentar

Penyebab Penyakit Kanker

kanker payudarah
kanker rongga mulut
kanker sembuh
kanker seviks
kanker stadium 4
kanker stadium lanjut
kanker tulang belakang
kanker uretra
kanker uterus
komplikasi kanker
macam macam penyakit kanker
mencegah penyakit kanker
menghindari kanker
metastase kanker
obat kanker paru paru
obat kanker tulang
patofisiologi kanker
penanganan kanker
pencegahan kanker
pencegahan kanker hati
pencegahan kanker paru
pencegahan kanker paru paru
pencegahan penyakit kanker
pencetus kanker
penderita kanker
penderita kanker hati
pengobatan alternatif kanker
pengobatan alternatif untuk kanker
pengobatan kanker
pengobatan kanker hati
pengobatan kanker paru
pengobatan kanker paru paru
pengobatan kanker tulang
penularan kanker
penyakit kanker hati
penyakit kanker mulut
penyakit kanker paru
penyakit kanker paru paru
penyebab kanker hati
penyebab kanker mulut
penyebab kanker paru paru
penyebab penyakit kanker
penyebaran kanker
perbedaan tumor dan kanker
prevalensi kanker
radioterapi pada kanker
sel kanker
sembuh dari kanker
sembuhkan kanker
seminar kanker
stadium kanker
statistik kanker
tanda kanker paru
tanda penyakit kanker
tanda tanda kanker
tanda tanda penyakit kanker
tumor atau kanker
tumor dan kanker
tumor kanker
vaksin kanker
vaksinasi kanker
virus kanker

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea
http://melilea-organik.com

Makanan Organik Membuat Hidup Sehat

•September 29, 2008 • Tinggalkan sebuah Komentar

Makanan Organik Membuat Hidup Sehat

JAKARTA – Tak ada orang yang tak mau hidup sehat. Dengan pola hidup teratur dan menghindari stres, hal itu bisa terpenuhi. Satu hal lain yang patut diperhatikan adalah pemilihan makanan. Seperti apa makanan yang bisa dibilang baik, hingga bisa menunjang pola hidup sehat tersebut. Jenis makanan organik merupakan solusi saat ini.

Hingga sekarang masih banyak orang yang bertanya-tanya mengenai pangan organik. Banyak juga yang mendefinisikannya sebagai makanan segar tanpa bahan kimia dan pestisida. Namun, banyak juga yang menganggap makanan jenis ini adalah makanan khusus orang-orang yang ‘gila’ kembali ke alam. Terlepas dari itu semua, harus diakui jenis makanan ini baik untuk mengurangi efek negatif racun dari berbagai bahan kimia dan pestisida.
Istilah makanan organik tidak sepenuhnya mengacu pada objek makanan tersebut. Namun menyangkut bagaimana proses produksi dan pengolahan makanan. Jadi ada benarnya anggapan jenis makanan diproduksi tanpa menggunakan bahan-bahan kimia beracun.
Sampai sekarang kita tak bisa lepas sepenuhnya dari residu kimia dan pestisida. Contohnya tanah masih tetap mengandung bahan kimia karena penggunaan pupuk urea. Atau polusi udara dan air yang juga turut memberikan andil. Ini karena tidak semua petani Indonesia menggunakan sistem pertanian ekologis – memperhatikan kaidah kesehatan dan lingkungan.
Jadi, apa alasan kuat yang bisa diajukan untuk memilih makanan jenis ini.

Alasan

Hippocrates, pemikir ilmu kesehatan modern, mengungkapkan biarkan makanan menjadi obat Anda dan biarkan obat menjadi makanan Anda. Pemikiran Hippocrates tersebut sekarang digali ulang sebagai landasan mengapa kita seharusnya memilih makanan.
Alasan yang berikutnya adalah masalah masa depan. Generasi penerus kita tidak seharusnya menerima akibat negatif dari apa yang kita lakukan sekarang. Hasil studi terakhir membuktikan bahwa anak-anak terkena empat kali lebih banyak efek pestisida daripada orang dewasa.
Sampai sekarang tercatat setidaknya ada delapan jenis pestisida dalam makanan yang dapat menyebabkan kanker. Pilihan makanan yang non-residu kimia dan pestisida saat ini akan membawa pengaruh penting pada kesehatan generasi mendatang.
Juga masalah ini bersangkutan dengan kemauan kita melindungi kualitas air. Seperti kita tahu, dua pertiga dari tubuh kita mengandung air. Air juga memenuhi dua pertiga isi bumi ini. Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Tapi, hingga sekarang diperkirakan kebanyakan air tanah telah tercemar oleh pestisida.
Sudah ada 38 negara yang tingkat pencemaran airnya melebihi ambang batas, dan mirisnya berarti lebih dari setengah penduduk negara tersebut meminum air tercemar tadi.
Alasan lain adalah penghematan energi. Kebanyakan pertanian modern sekarang menggunakan bahan bakar minyak bumi. Hingga mencapai total 12 persen yang dikonsumsi oleh sektor tersebut. Berarti banyak energi yang dibutuhkan untuk memproduksi pupuk kimia daripada untuk mengolah dan memanen tanaman.
Secara kesehatan, pestisida ternyata bisa juga menyebabkan kanker. Hampir 1,4 juta kasus kanker di dunia disebabkan oleh bahan ini. Ternyata pestisida juga memberikan pengaruh pada cacat kelahiran, kerusakan syaraf dan mutasi genetik.
Memilih makanan ini berarti kita juga menolong kelangsungan hidup petani. Secara kesehatan, para pekerja pertanian terancam saat harus menggunakan pestisida. Ini karena aturan penggunaan pestisida di negara berkembang belum menjamin keamanan penggunaannya. Hingga sekarang diperkirakan satu juta petani mengalami keracunan pestisida per tahunnya. Beberapa jenis pestisida yang dilarang digunakan di negara AS ternyata masih diproduksi dan diekspor ke negara-negara berkembang tersebut.

Keuntungan
Memilih makanan organik ini bila dilihat dari segi nutrisi, ternyata mengandung kandungan gizi lebih baik dibandingkan dengan bahan pangan non-organik. Sehingga secara logika berarti lebih membantu proses pertumbuhan dan perbaikan tubuh bila mengalami masalah.
”Makanan juga jenis ini juga ternyata lebih hemat”, demikian menurut penuturan Ibu Bibong Widyarti D, salah seorang pengguna jenis makanan organik. Hal tersebut bisa dimungkinkan karena jenis makanan ini lebih lama basi, hingga tidak banyak beras yang terbuang, lanjutnya menguatkan.
Jadi, bukanlah hal yang merugikan bila kita memutuskan menggunakan jenis produk makanan organik sebagai alternatif makanan keluarga kita di rumah. Untungnya adalah penghematan proses produksi dan mengurangi tingkat kerusakan lingkungan di bumi yang kita cintai ini, jadi Makanan Organik Membuat Hidup Sehat

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

http://melilea-organik.com

Produk Susu Dan Kejahatan Dalam Produk Makanan

•September 24, 2008 • Tinggalkan sebuah Komentar

Kejahatan dalam Produk Susu Dan Makanan

SUSU dan produk berbasis susu telah menjadi ancaman baru bagi kesehatan masyarakat. Itu terjadi setelah pemerintah China mengumumkan pekan lalu bahwa produk susu di negeri itu mengandung melamin, bahan kimia plastik yang berbahaya bagi kesehatan.
Korban sudah berjatuhan. Puluhan ribu anak di China menderita sakit. Tidak sedikit di antara mereka yang meninggal dunia.
Yang mengkhawatirkan, susu dan produk makanan berbasis susu buatan China itu juga beredar di Indonesia, akankah Kejahatan dalam Produk Susu Dan Makanan ini terus beredar di indonesia?

produk susu

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dan Departemen Kesehatan (Depkes) telah mengumumkan ada sekitar 28 produk makanan di negeri ini yang berbahan baku susu produksi China. Mulai produk susu untuk orang dewasa, es krim, kue, permen, hingga berbagai produk makanan lainnya. Semua produk tersebut mulai Selasa (23/9) resmi ditarik dan dilarang beredar hingga waktu yang belum ditetapkan.
Langkah Badan POM dan Depkes tersebut patut diapresiasi. Sayangnya, sedikit terlambat. Banyak di antara produk dan merek yang diumumkan Badan POM ternyata sejak lama beredar luas. Itu mengerikan dan menakutkan.
Geger makanan dan minuman yang terpapar zat berbahaya sesungguhnya bukan baru kali ini terjadi. Meskipun masih pro-kontra, sebelumnya beredar hasil penelitian yang menyebutkan sebagian susu formula di Indonesia terpapar bakteri berbahaya. Ada pula hasil laut, daging, ayam potong, dan bahan makanan lain yang diawetkan dengan formalin, zat kimia yang tidak kalah berbahaya bila terkonsumsi. Juga marak ditemukan makanan kemasan kedaluwarsa serta daging busuk daur ulang yang beredar di pasar, serta banyak lagi ketidaklumrahan lain soal ketidakhigienisan yang terus berlangsung dalam rantai makanan kita.
Kasus susu terpapar melamin hanyalah indikator betapa ancaman kesehatan melalui makanan dan minuman tidak saja telah mencapai level semakin membahayakan, tetapi juga terjadi semakin meluas.
Setiap hari semakin banyak jenis produk makanan dan minuman tidak sehat beredar di pasar. Setiap saat semakin besar jumlah anggota masyarakat yang berada dalam bahaya.
Ironisnya, perlindungan terhadap konsumen atas serangan teror melalui produk makanan dan minuman itu justru semakin jauh dari mencukupi.
Sangat disesalkan bila Depkes dan Badan POM selama ini lebih sering merespons kasus-kasus seperti itu secara reaktif daripada proaktif dan preventif.
Semestinya, ada upaya-upaya sistematis-implementatif untuk menihilkan ancaman dan menyingkirkan bahaya sebelum produk makanan dan minuman memasuki pasar. Dengan demikian, makanan, minuman, dan obat-obatan yang beredar adalah produk yang 100% terjamin kesehatannya.
Membuat, mendistribusikan, serta menjual makanan dan minuman tidak sehat adalah kejahatan besar. Tetapi, membiarkan hal itu terus berlangsung adalah kejahatan yang jauh lebih besar lagi.
Karena itu, upaya law enforcement tidak saja harus ditegakkan, tetapi juga harus menjamin bahwa siapa pun pelaku kejahatan di domain ini mendapatkan hukuman seberat-beratnya.
Dalam perkara kesehatan publik, negara terlihat sangat abai. Tidak cuma dalam kesehatan produk makanan, tetapi merebaknya kembali penyakit-penyakit yang telah hilang, seperti malaria, adalah indikasi yang amat mencemaskan.
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Ahmad Kamil Melilea Konsultan Call: 08561384480
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea
melilea-organik.com